We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 2117
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 2117 Percakapan Mendalam

Dia jelas adalah seorang Pangeran yang mulia, dan seorang korban. Penindasan dan jebakan pembunuhan yang

berlangsung selama dua puluh tahun. Sekarang, lebih dari 80 nyawa di kastel juga ikut terlibat.

Dia ditindas hingga seperti ini, namun tidak bisa menegakkan keadilan untuk dirinya sendiri. juga harus

mengandalkan status dari Lorenzo, baru bisa dengan paksa mendapat kesempatan untuk penyelidikan....

Padahal orang yang menegakkan keadilan, masih merupakan kerabat dekatnya.

Dewi merasa sangat sedih untuk Willy.

Situasi ini, siapa pun itu, pasti tetap dapat dipahami.

Lagi pula, Willy bukan untuk dirinya sendiri. Dia menanggung lebih dari 80 nyawa di pundaknya. Jika posisinya

diganti menjadi dirinya....

Jika dia, Dewi akan terus terang menjelaskan situasinya pada temannya, meminta bantuan. mereka, dan tidak

akan pernah menipu atau memanfaatkannya.

Inilah perbedaan sifat mendasar dari mereka.

Hanya saja, dia bukan Willy. Dia tidak mengalami begitu banyak kesulitan.

Tidak mengetahui penderitaan orang lain, kita tidak boleh berspekulasi dan menyalahkan orang lain.

Karena itu, dia masih bisa memahaminya.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Namun, dia sangat penasaran. Apakah Raja Denmark benar-benar telah sadar?

Benar-benar akan menyelidiki secara menyeluruh?

Atau, masih berakting?

Dan juga, di saat Willy baru saja kembali, tampak sangat banyak kekhawatiran, bahkan memintanya untuk

bertemu di ruang kerja. Mungkinkah dia akan jujur padanya dan berinisiatif untuk menjelaskan situasinya

dengan jelas?

Dengan sedikit keraguan, Dewi selesai mengganti pakaiannya dan datang ke ruang kerja.

Willy Sudah berganti pakaian rumah yang bersih, mencuci rambutnya, dan duduk dengan tenang di sofa. Tapi,

dia tampak sangat kedinginan. Dengan selimut menutupi kakinya dan memegang secangkir kopi di tangannya...

Sepasang mata tertunduk, tampak banyak kekhawatiran.

1/3

Penampilannya ini, terlihat kesepian.....

“Willy...” Dewi memanggilnya dengan lembut.

Willy sepertinya tidak mendengarnya, dan masih termenung

Sebaliknya, pelayan di sebelahnya mengingatkan dengan lembut, “Pangeran, Nona Dewi sudah datang.”

Kali ini, Willy tersadar dan menatap Dewi, “Dewi, kamu sudah datang!”

“Ya.” Dewi duduk di sofa di seberangnya, memandanginya yang tampak penuh dengan kekhawatiran, dan

bertanya, “Yang Mulia tidak berencana untuk menyelidiki secara menyeluruh tentang masalah ini?”

“Tidak....” Willy mengangkat sudut bibirnya, seperti tersenyum tapi juga tidak tersenyum.

“Jadi?” Dewi tidak mengerti apa maksudnya.

Setelah berpikir lama, Willy berkata secara perlahan, “Kamu belum makan, ‘kan? Ayo, makan

dulu.”

Saat berbicara, dia memberi isyarat....

Pelayan membawa makan malam yang sudah disiapkan dan meletakkannya di atas meja.

“Semua keluar.” Perintah Willy.

“Baik.” Semua pelayan pun keluar.

Beberapa pengawal pribadi masih berdiri di dekat pintu. Willy memberi isyarat, mereka juga menundukkan

kepala dan keluar.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” Dewi tidak sabar.

Willy sepertinya tidak tahu bagaimana mengatakannya, ia hanya menundukkan kepalanya dan

makan.

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Dewi sedikit panik, dan bertanya langsung, “Yang Mulia tidak berniat untuk menyelidiki? Atau, dia tidak

menyelidiki, juga menuduhmu dan Robin membohonginya? Atau ....

“Dia bilang, dia akan menyelidikinya.” Willy menyelanya dan berkata dengan lembut, “Hanya saja, butuh waktu

dan proses.”

“Berapa lama?” Dewi terus bertanya.

“Dia tidak bilang.” Willy menggelengkan kepalanya.

“Tampaknya, dia sengaja ingin mengulur waktu.” Dewi dipenuhi dengan amarah, “Mengulur hingga pada

akhirnya mengesampingkan masalah ini.”

Willy tidak berbicara, ia minum sup dalam diam.

“Katakanlah.” Dewi panik, “Sebenarnya apa yang terjadi??”

Willy meletakkan peralatan makan, menyeka mulutnya dengan serbet, dan menatap Dewi. Setelah sekian lama,

dia baru berkata secara perlahan, “Dewi, aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan dulu padamu.”

“Apa?” Dewi sedikit bingung. Jelas-jelas sedang membicarakan masalahnya, mengapa dia tiba-tiba berbalik dan

mengajukan pertanyaan padanya?

“Kamu jawab aku dulu, dengan begitu, aku baru tahu apa yang harus kulakukan.” Willy menarik napas dalam-

dalam dan bertanya dengan serius, “Apa kamu menyukai Lorenzo Moore?”

Ini pertama kalinya dia memanggil Lorenzo dengan nama lengkapnya. Biasanya, dia memanggilnya dengan

panggilan L.

Panggilan ini tampak asing, dan pada saat yang sama, terdapat semacam jarak.