We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1791
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1791

Setelah melihat pemandangan ini, hati Jeff terbakar amarah, ia sangat ingin menuduhnya, menyalahkannya,

namun saat ia hendak membuka mulutnya, ia ditarik oleh Jasper ke samping-

“Ciuman pertama Tuan telah dia rebut saat di pemandian air panas.” Jasper berbisik, “Ini yang kedua kalinya!”

“Apa Tuan tidak marah?” Raut wajah Jeff penuh dengan kemarahan.

“Tentu saja marah, jadi Tuan menyuruhku untuk mengusirnya, tapi setelah itu ....” Jasper merentang, tangannya,

“Kamu juga mengerti.”

edua

“Tuan tertarik padanya pasti karena belum pernah digoda oleh wanita.” Jeff mengepalkan tangannya, “Aku harus

sering mengajak Tuan keluar untuk bertemu para wanita.”

“Ugh.” Jasper terkejut dan membuka matanya lebar-lebar, “Jangan main-main.”

“Sudahlah, kita bicarakan setelah Tuan bangun.”

“lya.” Jasper mengangguk-anggukan kepala, “Kesampingkan hal-hal lain, pengobatan Tuan adalah yang

terpenting.”

“Demamnya sudah turun.”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Kelly mengukur suhu badan Lorenzo, suhunya turun sampai 38.5 derajat, ia langsung menunjukkannya pada Jeff

dan Jasper.

“Baguslah.”

Kedua orang itu menghela napas lega, tampaknya Tabib Dewi memiliki keterampilan dalam pengobatan.

“Kalian istirahatlah, biar aku di sini.”

Dewi tiba-tiba melihat kalung salib hitam di bawah bantal, matanya langsung berbinar, awalnya ia terus berpikir

bagaimana ia bisa mendapatkan kalung itu kembali, tanpa disangka kesempatan itu datang begitu saja ....

“Tidak bisa, kita harus disini untuk melindungi Tuan.” Jeff langsung menolak, “Kalau terjadi sesuatu...”

“Tidak akan terjadi apa-apa.” Dewi langsung memotong perkataannya, “Dia sudah minum obat, tidak akan

demam tinggi lagi, kalaupun demamnya belum turun, suhu tubuhnya tidak akan mencapai 39 derajat, aku akan

mengompresnya.”

“Tapi...."”

“Benar-benar cerewet.” Dewi mengerutkan dahi, “Dia butuh ketenangan!”

“Kalau begitu, kami akan berjaga di ruang kerja.” Jasper langsung mengatur timnya, “Dengan begini, kami tidak

akan mengganggu istirahat Tuan, kalau butuh bantuan, panggil kami.”

“Oke.”

Dewi berpikir, lagipula muangan sebelah dipisahkan oleh penyekat motif bunga, mereka tidak dapat melihatnya

mengambil barang....

“Kamu juga istirahatlah.” Dewi meminta Kelly pergi, “Berikan aku sepanci air hangat dan beberapa helai

handuk basah.”

“Ini...” Kelly menatap Jasper.

“Pergilah.” Jasper menganggukan kepala.

Kelly mengikuti instruksi Dewi, menyiapkan barang-barang, lalu pamit pergi.

Dewi mengusap-usap kening Lorenzo, lalu berbaring di atas sofa, “Kalian masih tidak pergi?”

“Jangan lupa ukur suhu tubuh Tuan.” Jeff khawatir dan mengingatkankannya.

“Aku lebih gugup daripada kalian, kalau terjadi sesuatu padanya, kalian pasti akan membunuhku, ‘kan?” Dewi

menguap.

Jeff dan Jasper tidak punya pilihan lain selain meninggalkan ruangan dan berjaga di ruang kerja sebelahnya yang

dipisahkan oleh penyekat bermotif bunga.

“Tidak apa-apa, jangan khawatir.” Jasper menenangkan Jeff dengan suara rendah, “Dia mengerti, kalau terjadi

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

apa-apa dengan Tuan, maka nyawanya juga akan melayang.”

“Walaupun dia berkata seperti itu, tapi nyawa Tuan sangat berharga, seratus nyawanya sekalipun tidak dapat

menggantikannya.” Jeff berkata dengan marah, “Apa kamu lupa, sebelumnya ada orang yang rela bunuh diri dan

mengancam Tuan, sampai mati pun dia tidak rela mengungkap siapa dalang di balik layar!”

“Menurutku, dia bukan ....” Jasper berspekulasi, “Orang yang hanya berpikir tentang uang setiap hari, orang

dengan keterampilan mengemudi tingkat tinggi dan punya keterampilan menjinakkan hewan buas,

bagaimanapun dia sama sekali tidak mirip dengan seorang pembunuh!”

“Siapa tahu, lebih baik kita berhati-hati.”

“Benar!”

Dewi samar-samar mendengar kedua orang itu berbicara dengan suara pelan, ia tidak tertarik dengan apa yang

mereka bicarakan, pikirannya tertuju pada kalung itu....

la sedang menunggu sampai kedua orang itu lelah dan tertidur di sofa, dengan begitu ia bisa mengambil kalung

itu.

Namun, setelah menunggu satu jam dan langit sudah hampir terang, kedua orang itu masih bersemangat,

dengan penuh kewaspadaan menatap ke sebelah.

Dewi tidak peduli lagi, ia berdiri dan memanfaatkan kesempatan saat mengukur suhu tubuh Lorenzo sembari

mengambil kalung itu, saat ia hendak memasukkan kalung itu ke dalam sakunya, sebuah tangan

mencengkeramnya dengan kasar......