We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar

Bab 1787
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 1787

Setelah kembali ke kastil Keluarga Moore, Dewi segera menyiapkan obat herbal dan meminta petugas medis

merebusnya agar Lorenzo bisa menggunakannya untuk berendam saat malam nanti.

Kemudian, dia kembali ke kamar dan berendam air panas dengan nyaman, lalu dia pun tertidur setelah

mengeringkan rambut dan mengobati lukanya.

Dia memang orang seperti ini, bisa makan dan tidur tanpa memikirkan hal lainnya.

Tidak ada satu hal pun yang bisa memengaruhi suasana hatinya.

Namun, sebelum tidur, dia tetap teringat kalung emas hitam miliknya itu.

Mengingatkan dirinya sendiri dalam kondisi yang setengah sadar bahwa dia harus mengambil kalung itu

kembali.

Entah telah tertidur berapa lama, Dewi terbangun karena suara petir yang menggelegar di luar.

Dia mengucek matanya, lalu membalikkan tubuh dan bersiap melanjutkan tidurnya, tetapi ada orang yang

mengetuk dari luar, “Tabib Dewi, Anda sudah bangun?”

“Belum.” jawab Dewi yang sangat mengantuk.

Pelayan wanita yang ada di luar itu langsung terkekeh, jelas-jelas dia sudah menjawab, tapi malah mengatakan

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

dirinya belum bangun.

“Tabib Dewi, Tuan sudah kembali, Kak Jasper meminta Anda menyiapkan pengobatannya.” Pelayan wanita itu

kembali mengetuk pintu, “Merepotkan Anda.”

“Baiklah.”

Dewi bangun dengan enggan, berganti pakaian, mengucek matanya yang mengantuk dan berjalan keluar.

“Tabib Dewi, di luar hujannya sangat deras, malam ini Tuan berendam obat-obatannya di dalam kamar saja.”

ujar Jasper.

“Terserah dia.” Dewi menguap, “Bawakan kotak medis dan jarum perakku.”

“Sudah disiapkan, Tuan sudah di kamar, masuk sekarang saja.”

“Ayo!”

Dewi mengikuti Jasper memasuki kamar Lorenzo.

Kamarnya sangat besar, setelah melewati sebuah ruang kerja kecil, barulah bisa melihat rak khusus anggur,

ruang tidurnya baru terlihat setelah memasukinya.

Ranjang besar berwarna putih ini terlihat sangat rapi dan bersih.

Hanya ada sebuah jam beker dan sebuah buku kuno yang diletakkan di atas nakas, tidak ada apa pun selain

itu.

Seluruh kamar itu memberi kesan sederhana dan rapi, seperti karakter pemiliknya yang luar biasa tenang!

“Tuan sedang di kamar mandi, mohon tunggu sebentar.”

Jasper berjalan ke dekat kamar mandi, lalu mengetuk pintu sambil melaporkan dengan suara kecil, “Tuan, Tabib

Dewi sudah datang.”

Setelah dijawab dengan suara rendah dari dalam, Jasper membuka pintu dengan hati-hati dan berkata pada

Dewi, “Tabib Dewi, silakan!”

“Bukankah kalian meminta tabib berpengalaman yang melakukan akupuntur dan aku hanya perlu

arahan dari samping?” tanya Dewi penasaran, “Mana orangnya?”

“Tabib itu melarikan diri karena ketakutan disebabkan peperangan semalam.” Jasper menjelaskan dengan suara

rendah, “Malam ini Anda saja yang mengobati Tuan, setelah orangnya kembali, barulah menyuruhnya

melakukan akupuntur.”

“Baik, tidak ada cara lain lagi.”

Ekspresi Dewi terlihat enggan, dia berjalan mendekat dengan ogan-ogahan.

Lorenzo berbaring santai sambil memejamkan matanya di bak mandi yang berbentuk bulat itu, dia hanya

melilitkan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya dan bagian atasnya dibiarkan begitu saja.

Di dalam ruangan yang dipenuhi asap itu, tubuhnya yang seksi dan menarik makin menggoda, wajah

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

tampannya tampak sedikit lelah, dahinya sedikit mengernyit seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Tuan, Tabib Dewi sudah datang.”

Jasper mengernyitkan alisnya saat memperhatikan ekspresi Dewi, sepertinya tebakannya tidak salah, wanita

tomboi ini benar-benar mengincar ketampanan Tuan.

Benar-benar tidak tahu diri, beraninya mengincar Tuan!

“Hm.” Lorenzo menanggapi dengan samar, lalu membuka matanya perlahan dan menatap dingin ke arah Dewi,

“Masih belum puas?”

“Kalau tidak diperhatikan, bagaimana bisa mengetahui kondisi penyakitmu?” Dewi bersikeras, “Duduklah, aku

lihat luka di pinggangmu.”

Lorenzo mengernyitkan alisnya dan duduk dengan enggan.

Dewi mendekatkan tubuhnya untuk melihat dan tidak bisa menahan diri untuk mengernyitkan alis, “Sudah

bernanah, harus segera melakukan tindakan.”

“Apa?” Jasper langsung panik begitu mendengarnya, “Bukankah sebelumnya hanya perlu berendam obat-

obatan dan di akupuntur?”

“Apa kamu tidak lihat lukanya cukup parah sekarang?” Dewi menunjuk luka itu dan berkata dengan tegas,

“Sebelumnya lukanya hanya sebesar telur ayam, sekarang sudah selebar telapak tangan, lukanya akan terus

membesar kalau dibiarkan, toksin akan masuk ke tubuh dan memengaruhi organ dalam ....

Tidak, mungkin saja sudah memengaruhi organ dalam!”