We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Pahlawan Negara

Bab 66
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 66 Suruh Si Gigi Emas Masuk 

Mendengar ucapan Dési, semuanya langsung mengangkat sendok mereka

Makan apanya. Semuanya cepat pergi dari Hall Utopia!” 

Tak disangka, Peter tibatiba emosi dan mengusir para tamu. 

Para tamu langsung meletakkan sendok di tangan mereka. 

Desi berkata dengan kaget, “Peter, ada apa? Bukankah kamu sudah mengusir para preman itu?” 

Mengusir? Aku nggak sanggup menyinggung mereka, cepat pergi!” kata Peter dengan kesal. Karena dia ingin segera mengusir para tamu, dia pun mengasari Desi. 

Desi menatap Peter dengan linglung selama beberapa detik. Pada akhirnya, dia mengerti kalau Peter tidak sedang bercanda. 

Semuanya, pergilah. Aku meminta maaf atas insiden di pesta kali ini, aku akan mentraktir kalian di lain waktu untuk menebus kesalahanku,kata Desi sambil menangis. 

Semua tamu terpaksa bangun, bisa–bisanya mereka diusir begitu saja. 

Bu, pesta pindah rumah ini akan tetap dilanjutkan. Kita nggak perlu pergi.” 

Saat ini, Ardika tiba–tiba berdiri. 

Kenapa belum pergi? Lamban sekali!” 

Pada saat ini, preman berambut pirang muncul di depan pintu sambil memelototi semua orang dengan galak. 

Kak, mohon minta Tuan Jinto tunggu sebentar lagi. Aku akan segera membersihkan tempat ini,” 

kata Peter untuk menenangkan preman berambut pirang itu. Kemudian, dia berbalik untuk 

menatap Ardika. Kalau kalian masih ingin hidup, cepat pergi. Orang di luar adalah kepala 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

preman, Tuan Jinto.” 

Tuan Jinto? 

Awalnya Ardika ingin keluar untuk bernegosiasi dan menemui preman yang sombong itu, tetapi ketika mendengar ucapan Peter, dia langsung menatap preman berambut pirang itu. 

Kamu, suruh si Gigi Emas masuk.” 

Mendengar Ardika melontarkan kalimat ini, semuanya tercengang. Begitu pula dengan preman berambut pirang itu, sekujur tubuhnya langsung dipenuhi dengan amarah. 

Kamu pikir kamu itu siapa, berani memanggil Tuan Jinto dengan nama panggilannya!” 

1/3 

415 BONUS 

Sembari berbicara, dia hendak memukul Ardika. 

Ardika berkata dengan tenang, Katakan padanya, aku Ardika.” 

Ardika

Kenapa nama ini begitu tidak asing

Dia raguragu sejenak, tetapi pada akhirnya dia pun berbalik keluar

Ardika, habis kamu. Beraninya kamu memanggil Tuan Jinto masuk. Sekalipun Dewa datang, kamu nggak akan selamat!” 

Peter tibatiba tersenyum sinis dan menatap Ardika dengan tatapan menghina. 

Sebelum dia selesai berbicara, Jinto yang tubuhnya dipenuhi dengan keringat pun muncul di depan aula. 

Jinto bergegas masuk dan menerobos melalui orangorang untuk menghampiri Ardika

Preman berambut pirang dan yang lainnya berjalan di belakang Jinto. 

Melihat sekelompok orang ini masuk, para tamu yang hendak pergi pun ketakutan hingga 

memucat. 

“Ternyata Tuan Jinto si bos preman itu. Dia adalah orang yang kejam, bisabisanya Ardika menyuruhnya masuk, cari mati!” 

Ketika ada yang mengenal Jinto dan mengungkapkan identitasnya yang mengerikan, semua orang makin ketakutan. 

Mereka bahkan kebingungan harus pergi atau tetap tinggal di sana. 

“Ardika, dasar nggak tahu diri!” 

Peter bergegas maju untuk memperjelas situasi. “Tuan Jinto, orang bernama Ardika ini yang menyuruhmu masuk, bukan aku, nggak ada hubungannya denganku!” 

“Minggir!” 

Jinto menamparnya, lalu berjalan ke hadapan Ardika. 

Saat semua orang mengira dia akan menghabisi Ardika, terdengar suara buk

Jinto yang terkenal kejam berlutut di hadapan Ardika

“Tuan Ardika, aku masuk karena perintah Tuan!” 

Wah

Ada pertunjukan seru di Hall Utopia

+15 BONUS 

Ekspresi Peter pun berubah, dia memandang Ardika dengan kaget. 

Jinto bukan hanya menuruti perintah Ardika, tetapi juga berlutut di hadapannya. 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Bagaimana bisa seperti ini? 

“Gigi Emas, hari ini keluarga kami mengadakan pesta pindah rumah di sini, kamu ingin mengusir kami?” 

Ardika memandang Jinto dengan dingin. 

“Bruk!” 

Jinto ketakutan hingga jatuh ke lantai. 

Dia segera bangkit dan buruburu menjelaskan, “Tuan Ardika, aku nggak tahu keluarga kalian 

mengadakan pesta pindah rumah di sini. Kalau aku tahu, diberi seratus nyali pun, aku nggak 

akan berani menyuruh anak buahku mengosongkan tempat ini!” 

Aku nggak peduli kamu tahu atau nggak. Aku hanya tahu pesta pindah rumah keluarga kami 

diganggu olehmu.” 

Ardika berkata dengan tenang, “Ini sudah kedua kalinya, ‘kan?” 

Tuan Ardika, aku salah, aku benarbenar sudah tahu salah. Aku akan menyetujui semua 

permintaanmu, tolong maafkan aku!” 

Jinto yang ketakutan terus bersujud. 

Ardika bertanya, “Kamu tahu peraturanku, kan? Setelah menyinggungku, minta maaf saja nggak cukup. Ketika kamu mengancam ingin merobohkan rumahku, rumahmu yang kurobohkan. Apa 

kamu sudah menuruti permintaanku?” 

“Sudah, sudah. Aku sudah menyerahkan semua asetku!” 

Jinto berkata dengan tertekan, “Tuan Ardika, kalau bukan karena nggak punya uang dan ingin menjaga harga diri, aku nggak akan datang merampas Hall Utopia dan memakan makanan sisa 

dari keluarga kalian.” 

Hari ini, dia akan makan malam bersama beberapa kepala preman. 

Dia memilih aula paling mewah di Hotel Puritama agar para kepala preman tidak tahu bahwa dia sudah jatuh miskin. Kalau tidak, dia pasti akan dipersulit

Tak disangka, dia malah bertemu dengan Ardika